ANALISIS
STRUKTURAL NOVEL
SURGA
SANG PRAMURIA
KARYA ULLAN PRALIHANTA DAN
PEMBELAJARANNYA
DI
SMA KELAS X
- TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORITIS
- TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka
merupakan kajian secara kritis terhadap kajian yang terdahulu
sehingga diketahui perbedaan yang khas antara kajian yang terdahulu
dengan kajian yang akan dilakukan. Penelitian dengan pendekatan
struktural sudah banyak dilakukan oleh mahasiswa, khususnya mahasiswa
Pendidikan Bahasadan Sastra Indonesia FKIP universitas Muhammaddiyah
Purworejo.
Beberapa kajian tentang analisis struktural sudah dilakukan oleh
Sulakso (2010). Dari skripsi yang dikaji oleh Sulakso terdapat
persamaan yakni sama-sama mengkaji tentang unsur structural sedangkan
perbedaannya, Sulakso hanya menganalisis unsur instrinsik novel tanpa
memberikan gambaran tentang pembelajarannya di SMA. Jadi
penulis akan meneliti analisis
struktural
Novel Surga Sang Pramuria
Karya
Ullan Pralihanta.
- Kajian Teoritis
- Analisis Struktural
Analisis struktural
karya sastra, yang dalam hal ini fiksi, dapat dilakukan dengan
mengidentifikasi, mengkaji dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan
antar
unsur
intrinsik fiksi yang bersangkutan.
Unsur-unsur
intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra yang dapat
ditemukan dalam teks karya sastra itu sendiri. Hal ini didasarkan
pada pandangan bahwa suatu karya sastra menciptakan dunianya sendiri
yang berbeda dari dunia nyata.
Menurut Nurgiyantoro
(2010
:
37)
analisis
struktural bertujuan memaparkan
secermat mungkin fungsi dan keterkaitan antar berbagai unsur karya
sastra yang secara bersama menghasilkan sebuah keseluruhan. Analisis
struktural tidak cukup hanya sekadar mendata unsur tertentu sebuah
karya fiksi, misalnya
tokoh, plot,
latar , atau yang lain.
Namun
yang
lebih penting adalah menunjukkan bagaiman hubungan antar unsur itu,
dan sumbangan apa yang diberikan terhadap tujuan estetik dan makna
keseluruhan yang ingin dicapai. Hal itu perlu dilakukan mengingat
bahwa karya sastra merupakan sebuah struktur yang kompleks dan unik,
di samping setiap karya mempunyai ciri kekomplekan dan keunikannya
sendiri dalam hal ini antara lain membedakan antara karya yang satu
dengan karya yang lain.
Berdasarkan uraian
di atas dapat disimpulkan bahwa analisis struktural adalah kegiatan
menganalisis unsur-unsur yang terkandung dalam sebuah karya sastra.
- Struktur Novel
Novel merupakan
suatu bentuk karya sastra yang disebut fiksi. Sebutan novel berasal
dari bahasa Italia novella.
Secara
harfiah novella
berarti
sebuah karangan atau barang baru yang kecil dan kemudian, diartikan
sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa (Abrams dalam Nurgiyantoro,
1995
:
9).
Jadi
novel
adalah karya sastra yang menyajikan cerita lebih rinci, detail dan
dibangun di atas
unsur-unsur yang mengikutinya. Unsur-unsur tersebut dipaparkan di
bawah ini
:
- Tema dan Masalah
Menurut
Stanton (2007
:
7)
Tema adalah gagasan dasar dan makna yang dikandung oleh sebuah
cerita. Untuk mendapatkan tema, terlebih dahulu harus diidentifikasi
masalah-masalah di dalam cerita yang dapat membantu menemukan tema.
Dengan
demikian, tema dapat dipandang sebagai dasar cerita, gagasan karya
umum
dalam
sebuah novel.
Pengertian masalah
dengan tema berbeda karena masalah merupakan suatu unsure untuk
membangun tema, sehingga timbul beberapa masalah yang mendukung
tema.
- Fakta Cerita
- Tokoh
Tokoh adalah
orang-orang yang ditampilkan dalam suatu cerita yang mengalami
peristiwa dan mempunyai sifat, sikap, emosi, prinsip dan sebagainya.
Di dalam sebuah novel, tokoh-tokoh cerita dapat dibedakan dalam
beberapa macam sudut pandang dan tinjauan itu adalah jenis tokoh,
jenis watak, dan teknik pelukisan.
Jenis tokoh dibagi
atas tokoh utama dan tokoh tambahan, serta tokoh antagonis dan
protagonis. Pembagian tokoh utama dan tokoh tambahan ini dilihat dari
segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh di dalam sebuah cerita.
(Nurgiyantoro, 1998 : 176).
Tokoh utama adalah
tokoh yang diutamakan penceritaanya dalam novel yang berssangkutan
(Nurgiyantoro, 2010
:
177).
Tokoh utama merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik
sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Bahkan pada
novel-novel tertentu, tokoh utama senantiasa hadir dalam setiap
kejadian dan dapat ditemui dalam setiap halaman buku cerita yang
bersangkutan.
Tokoh tambahan
adalah tokoh yang tidak sentral kedudukannya dalam cerita, tetapi
kehadirannya sangat diperlukan untuk mendukung tokoh utam
(Nurgiyantoro, 2010
:
177).
Tokoh protagonis
adalah tokoh yang memegang peranan pimpinan dalam cerita. Tokoh ini
ialah tokoh yang menampilkan sesuatu dalam sesuai dengan pndangan
kita, harapan-harapan kita, dan
merupakan
pengejawantahan norma-norma, nilai-nilai yang ideal bagi kita.
Sedangkan tokoh
antagonis adalah tokoh penentang dari tokoh protagonis sehingga
menyebabkan konflik dan ketegangan.
Konflik
yang dialami oleh tokoh protagonis tidak harus hanya yang disebabkan
oleh tokoh antagonis seorang
/
beberapa orang individu yang dapat ditunjuk secara jelas. Penyebab
konflik yang tidak dilakukan oleh seorang tokoh disebut sebagai
kekuatan
antagonis (Nurgiyantoro, 2010
:
179).
Nurgiyantoro (1970 :
75) membagi tokoh bulat atau round
character complex sebagai
tokoh yang memiliki dan disebut berbagai kemungkinan sisi
kehidupannya, dan jati dirinya. Abrams (1981 : 20-21) bahwa tokoh
bulat atau tokoh kompleks dikatakan lebih mempunyai kehidupan manusia
yang sesungguhnya karena disamping sebagai kemungkinan sikap dan
tindakan, ia juga sering memberi kebutuhan.
Sedangkan tokoh
berwatak datar atau sederhana adalah tokoh yang hanya memiliki satu
kualitas pribadi tertentu. (Nurgiyantoro, 1998 :182).
Selanjutnya,
tokoh-tokoh cerita dalam sebuah fiksi dibedakan menjadi
:
- Teknik penggambaran tokoh
- Secara analitik yaitu pelukisan tokoh cerita yang dilakukan dengan memberikan deskripsi, uraian, dan penjelasan langsung.
- Secara dramatik yaitu pengarang tidak langsung mendeskripsikan sifat, sikap, dan tingkah laku tokoh tetapi melalui beberapa teknik lain seperti :
- Teknik cakapan (Conversation of auther about character) dimaksudkan untuk menunjuk pada tingkah laku verbal berwujud kata-kata para tokoh. Kata-kata yang dimaksud menggambarkan sifat atau perwatakan dari tokoh yang mengucapkannya (Nurgiyantoro, 1998 : 203).
- Teknik tingkah laku (teknik untuk menunjukkan tingkah laku verbal yang berwujud kata-kata para tokoh, teknik tingkah laku yang menyaran pada tindakan yang non verbal atau fisik).
- Teknik pelukisan pikiran dan perasaan (Portroyal of trought stream of trought) menyatakan bahwa keadaan dan jalan pikiran, serta perasaan, apa yang melintas di dalam pikiran dan perasaan, serta apa yang dipikir dan dirasakan oleh tokoh, dalam banyak hal akan mencerminkan sifat-sifat kediriannya juga (Nurgiyantoro, 1998 : 204).
- Teknik arus kesadaran (teknik yang berusaha menangkap pandangan, dan aliran proses mental tokoh di mana tanggapan indera bercampur dengan kesadar dan ketaksadaran pikiran, perasaan, ingatan, harapan, dan asosiasi-asosiasi acak.).
- Teknik reaksi tokoh (teknik sebagai reaksi tokoh terhadap suatu kejadian, masalaha, keadaan, kata dan sikap (tingkah laku) orang lain, dan sebagainya berupa rangsang dari luar diri tokoh.
- Nurgiyantoro (1998 : 209) menyebut teknik reaksi tokoh lain dimaksudkan sebagai reaksi yang diberikan tokoh lain terhadap tokoh utama atau tokoh-tokoh yang dipelajari kediriannya, yang berupa pandangan, pendapat, sikap, komentar dan lain sebagainya.
- Teknik pelukisan latar (suasana latar dapat dipakai untuk melukiskan kedirian seorang tokoh).
- Teknik pelukisan fisik (teknik melukiskan keadaan fisik tokoh).
- Penokohan
Muh.
Thani Ahmad (dalam Dewan Bahasa, 1974 :
509)
menyebutkan bahwa penokohan adalah sifat menyeluruh dari manusia yang
disorot, termasuk perasaan, keindahan,dan cara berfikir.
Menurut
Panuti Sudjiman,
penokohan
adalah individu rekaan berwujud atau binatang yang mengalami
peristiwa atau lakuan dalam cerita.
Manusia
yang menjadi tokoh dalam cerita fiksi dapat berkembang perwatakannya
baik segi fisik maupun mentalnya.
- Alur atau Plot
Stanton (2007
:
26)
mengemukakan bahwa
alur adalah
cerita yang berisi urutan kejadian, namun
tiap
kejadian
itu
hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan
terjadinya peristiwa yang lain. Peristiwa-peristiwa cerita
dimanifestasikan
lewat perbuatan, tingkah laku, dan
sikap tokoh-tokoh (utama) cerita. Plot
dibedakan
menjadi lima bagian
yaitu
:
- Tahap situation (penyituasian)
Tahap ini berisi
pelukisan dan pengenalan situasi (latar) dan tokoh cerita.
- Tahap generating circumtances (pemunculan konflik)
Tahap ini berisi
masalah-masalah
dan peristiwa-peristiwa yang menyulut terjadinya konflik mulai
dimunculkan.
- Tahap ricing action (peningkatan konflik)
Tahap ini berisi
konflik yang dimunculkan pada tahap sebelumnya semakin berkembang.
- Tahap climax (klimak)
- Tahap ini berisi konflik atau pertentangan yang terjadi pada tokoh cerita ketika mencapai titik puncak.
- Tahap denovment (penyelesaian)
Tahap ini berisi
penyesuaian dari konflik yang sedang terjadi.
Berdasarkan
kriteria
urutan waktu,
alur atau plot dibedakan menjadi tiga
macam,
yaitu
:
- Plot maju atau plot progesif
Plot
ini berisi peristiwa-peristiwa yang akan dikisahkan bersifat
kronologis, peristiwa pertama diikuti peristiwa selanjutnya atau
ceritanya runtut dimulai dari tahap awal sampai tahap akhir.
- Plot sorot balik atau plot regresif
Plot ini berisi
peristiwa-peristiwa yang dikisahkan tidak kronologis.
- Plot campuran
Plot ini
peristiwa-peristiwa gabungan dari plot progresif dan plot regresif.
Dari
pendapat-pendapat di atas diambil kesimpulan bahwa alur adalah urutan
peristiwa dalam suatu karya sastra yang menyebabkan terjadinya
peristiwa lain sehingga terbentuk sebuah cerita.
- Latar (Setting)
Latar merupakan
tempat terjadinya peristiwa di dalam cerita atau lingkungan yang
mengelilingi pelaku di dalam cerita (Stanton, 1965 : 18), Abrams
(1981 : 175) menyatakan bahwa latar menyaran pada pengertian tempat,
hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya
peristiwa-peristiwa yang diceritakan.
Sejalan dengan
Abrams, Nurgiyantoro menyatakan bahwa novel sebagai sebuah dunia
imajinasi yang tidak hanya membutuhkan tokoh sebagai penghuni beserta
permasalahan yang dihadapinya, tetapi juga membutuhkan ruang tempat,
dan waktu bagi tokoh tersebut untuk “hidup”. Ruang tempat dan
waktu itu dikenal sebagai latar (1998 : 227).
Latar
dibagi menjadi tiga unsur pokok, yaitu
:
- Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan (Nurgiyantoro, 1998 : 227).
- Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah “kapan” tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu yang ada kaitannya atau dapat dikaitkan dengan peristiwa sejarah.
- Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Latar sosial dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berfikir dan bersikap, dan lain-lain yang tergolong latar spiritual. Di samping itu, latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan.
Berdasarkan
pendapat-pendapat
di
aatas
dapat
disimpulkan bahwa latar (setting) adalah lingkungan atau tempat
terjadinya peristiwa-peristiwa dalam karya sastra yang meliputi latar
tempat, latar waktu dan latar sosial.
- Sarana Sastra
Menurut Stanton
(2007
:
52),
Judul
suatu cerita biasanya memberikan gambaran
akan makna suatu cerita. Oleh karena itu, hubungan judul itu sendiri
terhadap keseluruhan cerita
dapat dideskripsikan
sebagai
pembayangan cerita, berkaitan dengan tema cerita, berkaitan dengan
latar dan waktu, sebagai titik tolak konflik antar pelaku, judul
sering dinyatakan dalam bentuk kiasan
/
simbol,
judul sering dinyatakan dalam wujud pepatah
dan
judul merujuk suasana.
Pusat pengisahan
adalah posisi yang merupakan dasar berpijak untuk melihat peristiwa
dalam cerita (Stanton, 1965
:
26).
Abrams (1981
:
142)
menyebutkan sudut pandang sebagai cara dan atau pandangan yang
dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh,
tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam
sebuah karya fiksi kepada pembaca. Menurut Nurgiyantoro (1998
:
248),
pusat pengisahan merupakan strategi, teknik, dan siasat yang sengaja
dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya, yang
disalurkan melaui sudut pandang tokoh atau kaca mata tokoh cerita.
Pengarang
mempergunakan media bahasa untuk menyampaikan idea tau gagasan yang
dikemas di dalam sebuah cerita. Bahasa yang digunakan tidak hanya
berupa bahasa yang biasa dipakai sehari-hari, tetapi juga bahasa
tertentu yang menimbulkan efek tertentu pula. Stanton (965:
30)
menyatakan gaya bahasa sebagai cara pengarang menggunakan bahasa,
sedangkan Abrams (1981
:
190-191)
berpendapat bahwa gaya bahasa adalah cara pengucapan bahasa dalam
prosa atau bagaimana seorang pengarang mengungkapkan sesuatu yang
dikemukakan.
Menurut Nurgiyantara
(2005 : 296) pemajasan merupakan salah satu bentuk retorika.
Pemajasan merupakan teknik pengungkapan bahasa, pengayaan bahasa,
yang maknanya tidak menunjukkan makna harfiah kata-kata yang
mendukungnya, melainkan pada yang ditambahkan, makna yang tersirat.
Penggunaan gaya bahasa di dalam novel terdiri dari gaya bahasa umum.
Gaya bahasa umum adalah gaya bahasa yang dapat dikategorikan pada
gaya bahasa yang sudah sering digunakan oleh pengarang lain. Gaya
bahasa yang biasa digunakan tersebut dibagi atas dua macam yaitu gaya
bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan.
Nada merupakan
kualitas gaya yang memaparkan sikap pengarang terhadap pembaca
karyanya. Suasana dapat berkisar pada suasana yang religius,
romantis, melankolis, menegangkan, mencekam, tragis, mengharukan dan
sebagainya.
Menurut Kenny, nada
merupakan ekspresi sikap-sikap pengarang terhadap masalah yang
dikemukakan terhadap pembaca. Stile adalah sarana, sedangkan nada
adalah tujuan. Salah satu kontribusi penting dari stile adalah untuk
membangkitkan nada. (Nurgiyantoro, 2005 : 284-285).
Ironi diartikan
sebagai suatu pernyataan yang berlawanan dengan apa yang sebenarnya.
Menurut Stanton (1965 : 34), membagi ironi yang ada di dalam karya
sastra menjadi dua macam yaitu ironi dramatik (dramatic
irony)
dan nada ironis. Menurut Stanton (1965 : 45) Ironi dramatis adalah
petentangan yang sangat kontras antara penampilan dan kenyataan,
antara perhatian tokoh dengan apa yang nyata-nyata terjadi.
Seringkali unsur-unsur yang dikontraskan itu dihubungkan secara
logis atau sebagai hubungan sebab-akibat.
Menurut
Stanton (1965 : 46), nada verbal muncul ketika seseorang menyampaikan
maksudnya dengan mengatakan sebaliknya.
- Hubungan Antar Unsur
- Tema adalah gagasan utama / gagasan sentral pada sebuah cerita atau karya sastra. Dalam menyampaikan gagasan tersebut, pengarang menggunakan media yang dapat menceritkan cerita yang terdiri dari berbagai peristiwa yang terjalin dalam hubungan sebab-akibat (plot). Hubungan tersebut harus mutlak agar tema dapat ditemukan melalui konflik-konflik yang menonjol yang termasuk bagian dari plot.
- Hubungan tokoh dengan Tokoh dan Penokohan
Tokoh-tokoh utama
berperan
sebagai pembawa gaagsan utama sedangkan tokoh tambahan lainnya
merupakan tokoh latar yang memperkuat penokohan utama dan gagasan
yang dibawanya. Tokoh-tokoh utama mendapat tugas menyampaikan tema
yang dimaksudkan pengarang baik secara langsung maupun tidak lagsung
yaitu melalui tingkah laku, pikiran, perasan dan peristiwa-peristiwa
yang dialami para tokoh.
- Hubungan tema dengan latar
Latar adalah suatu
lingkungan
/
tempat terjadinya peristiwa-peristiwa dalam karya sastra yang
meliputi
: latar
tempat, latar waktu dan latar sosial. Latar yang memberikan pengaruh
pada tingkah laku dan cara berfikir tokoh sehingga berjalan harmonis
walaupun berbeda status.
- Hubungan plot dengan tokoh dan penokohan
Plot adalah cerita
yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya
dihubungkan secara sebab-akibat, peristiwa yang lain (Stanton, 2007
:
26).
Semakin sedikit karakter dalam sebuah cerita, semakin rekat dan padat
pula alur yang mengalir di dalamnya.
- Hubugan plot dengan latar
Plot adalah cerita
yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya
dihibungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan
terjadinya peristiwa yang lain. Selanjutnya latar adalah suatu
lingkungan atau m]tempat terjadinya peristiwa-peristiwa dalam karya
sastra yang meliputi latar tempat, latar waktu, dan latar sosial.
- Hubungan tokoh dan penokohan dengan latar
Tokoh cerita
menempati posisi strategi sebagai pemabaca dan penyampai
pesan,
amanat, moral
/
sesuatu
yang sengaja ingin disampaikan pengarang kepada pembaca.
- Hubungan judul dengan tema
Judul biasanya
mengacu padaelemen struktural lainnya seperti tema, latar, konflik
tokoh, simbol cerita , akhir cerita dan sebagainya.
- Hubungan judul dengan tokoh dan penokohan
Judul berhubungan
dengan keseluruhan cerita salah satunya dapat dideskripsikan dengan
tokoh cerita yang berupa nama tokoh, sikap tokoh dan watak tokoh.
- Pembelajaran sastra
Pembelajaran ialah
proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru
sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau
murid. (Sagala, 2003: 61).
Konsep pembelajaran
menurut Corey adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara
disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah
laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon
terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari
pendidikan (Sagala, 2003 : 61).
Rahmanto (1988
: 15)
menyatakan bahwa pngajaran sastra
sebagai
suatu yang penting yang patut mendudukui tempat yang selayaknya. Jika
pengajaran sastra dilakukan dengan cara yang tepat maka pengajaran
sastra dapat memberikan sumbangan
yang besar untuk memecahkan masalah-masalah nyata yang cukup sulit
untuk dipecahkan dalam masyarakat.
Rahmanto
(1988:16) mengemukakan bahwa pembelajaran sastra dapat membantu
pendidikan secara utuh apabila cakupannya meliputi empat fungsi,
yaitu
:
- Membantu keterampilan berbahasa
Pengajaran
sastra dalam kurikulum berarti akan membantu siswa berlatih
keterampilan membaca dan mungkin ditambah sedikit keterampilan
menyimak, bicara,
dan menulis yang masing-masing erat hubungannya.
- Meningkatkan pengetahuan budaya
Sastra tidak seperti
halnya ilmu kimia atau sejarah, tidaklah menyuguhkan ilmu dalam
bentuk jadi. Sastra berkaitan erat dengan semua aspek manusia dan
alam dengan keseluruhannya. Setiap karya sastra selalu menghadirkan
‘sesuatu’ yang kerap menyajikan banyak hal yang apabila dihayati
benar-benar akan semakin menambah pengetahuan orang yang
menghayatinya.
- Mengembangkan cipta dan rasa
Pengajaran sastra
kecakapan yang perlu dikembangkan adalah kecakapan yang bersifat
indra; yang bersifat penalaran; yang bersifat afektif; dan yang
bersifat sosial; serta dapat menambahkan lagi yang bersifat religius.
- Menunjang pembentukan watak
Dalam nilai
pembelajaran sastra ada dua tuntutan yang dapat diungkapkan
sehubungan dengan watak ini yaitu pengajaran sastra hendaknya mampu
membina perasaan yang lebih tajam dan dapat memberikan bantuan dalam
usaha mengembangkan berbagai kualitas kepribadian siswa yang antara
lain meliputi: ketekunan, kepandaian, pengimajian, dan penciptaan.
Menurut Rahmanto
(1988
:
42) tujuan pengajaran sastra yang ingin dicapai harus merupakan
pemaduan penafsiran dan pengalaman yang lengkap seperti yang
terungkap dalam bahasa karya sastra itu. Untuk mendiskusikan hikmah
karya sastra agaknya belum memungkinkan sebelum pengalaman yang
tertuang dalam bahasa karya sastra itu dipahami.
Materi pembelajaran
sastra hendaknya guru mampu memilih materi sebagai bahan ajar yang
relevan yang dapat mendidik dan dapat menambah wawasan peserta didik
dan dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga maksud dari
pembelajaran itu dapat tercapai. Sumber belajar siswa dapat berupa
majalah, buku teks, novel, dan sumber belajar lain yang relevan.
Kegiatan belajar
mengajar siswa merupakan proses belajar antara guru dan siswa. Agar
kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif, siswa
harus aktif dan guru sebagai fasilitator harus mampu menjalankan
perannya sebagai tenaga pendidik yang professional dengan
mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan sebagai fasilitas
mengajar sehingga siswa dan guru terjadi sebuah interaksi yang
berkesinambungan.
Menurut Rahmanto
(1988 : 27) untuk menentukan bahan pembelajaran sastra, harus
diperhatikan dari sudut bahasa, kematangan jiwa (psikologis), latar
belakang kebudayaan siswa. Seorang guru hendaknya selalu berusaha
memahami tingkat kebahasaan siswanya sehingga guru dapat memilih
materi yang cocok untuk disajikan. Karya sastra yang dipilih untuk
diajarkan hendaknya juga sesuai dengan tahap psikologi pada umumnya
dalam suatu kelas. Guru sebaiknya menyajikan karya sastra yang dapat
menarik minat siswa dalam kelas itu. Pada latar belakang kebudayaan
siswa, biasanya siswa akan lebih tertarik pada karya-karya sastra
dengan latar belakang budaya yang sudah diketahuinya dan erat
hubungannya dengan kehidupan siswa.
Rahmanto (1988 : 17)
mengatakan guru hendaknya selalu memberikan variasi dalam
menyampaikan pembelajaran sehingga peserta didik tidak jenuh dan
selalu siap menanggapi berbagai rangsangan.
Metode
yang digunakan sebaiknya yang lebih banyak memberikan peluang bagi
peserta didik untuk selalu aktif dalam kegiatan pembelajaran. Dalam
proses belajar mengajar, guru bisa menggunakan metode secara ceramah,
tanya jawab, diskusi, dan pemberian tugas.
- Metode Ceramah
Metode ceramah
adalah suatu cara yang dilakukan oleh guru untuk
menyampaikan/mengajarkan meteri pelajaran secara langsung terhadap
peserta didik. Metode ini digunakan jika pelajaran tersebut banyak
mengandung informasi baru atau bahan-bahan yang memerlukan penjelasan
guru.
- Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab
adalah suatu cara mengelola pembelajaran dengan menghasilkan
pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan peserta didik memahami materi
tersebut. Metode tanya jawab akan menjadi efektif bila materi yang
menjadi topik bahasan menarik, menantang dan memiliki nilai aplikasi
tinggi. Pertanyaan yang diajukan bervariasi, meliputi pertanyaan
tertutup (pertanyaan yang jawabannya hanya satu kemungkinan) dan
pertanyaan terbuka (pertanyaan dengan banyak kemungkinan jawaban),
serta disajikan dengan cara yang menarik.
- Metode Diskusi
Metode diskusi
adalah suatu cara penyampaian bahan pelajaran di mana guru membantu
peserta didik menguasai bahan pelajaran melalui wahana diskusi atau
pakar pendapat dan informasi berdasarkan pengetahuan dan pengalaman.
Metode in merupakan metode yang paling baik dalam pembelajaran
sastra. Sebab siswa diberi kesempatan oleh guru untuk mengumpulkan
pendapat membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif
pemecahan masalah.
- Metode Pemberian Tugas
Metode pemberian
tugas adalah cara mengajar atau penyajian materi melalui penugasan
siswa untuk melakukan suatu pekerjaan. Metode ini memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk melaksanakan tugas berdasarkan petunjuk
langsung yang telah dipersiapkan oleh guru. Dalam melaksanakan tugas
melalui metode ini peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung
dan nyata.
Sumber belajar
adalah orang dapat dijadikan tempat bertanya tentang berbagai
pengetahuan. Dalam kegiatan belajar mengajar, sumber belajar tidak
hanya diperoleh dari guru saja, melainkan buku pelajaran juga dapat
sebagai sumber belajar. Pelajaran akan menjadi menarik, mudah
dipahami, hemat waktu dan tenaga, dan hasil belajar akan lebih
bermakna dengan menggunakan bantuan berbagai alat.
Penilaian proses dan
hasil belajar pada mata pelajaran bahasa Indonesia mencakup
pengetahuan, keterampilan dan sikap berbahasa. Hal ini dapat
diwujudkan melalui kegiatan belajar mengajar baik secara lisan maupun
tulisan. Penilaian kegiatan dan kemampuan belajar siswa dapat dilihat
pada keseriusan siswa mengikuti pembelajaran, pemahaman dan perbaikan
selama proses belajar mengajar berlangsung.
- METODE PENELITIAN
Pada bagian ini akan
dibahas mengenai metode yang dilakukan dalam penelitian. Dalam
penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian yang terdiri
dari
objek
penelitian, fokus penelitian, instrument penelitian, teknik
pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik penyajian hasil
analisis data. Rincian dari metode penelitian dijabarkan sebagai
berikut
:
Metode penelitian
adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan
tertentu (Sugiyono, 2012
:
3).
- Objek Penelitian
Objek penelitian ini
adalah novel yang berjudul
Surga Sang Pramuria karya
Ullan Pralihanta yang
diterbitkan oleh
CV. Alif Gemilang Publishing
cetakan kedua
Maret 2013
tebal
halaman 204
halaman.
- Fokus Penelitian
Penelitian
kualitatif menghendaki ditetapkan adanya batas dalam penelitian atas
dasar fokus yang timbul sebagai masalah dalam penelitian. Penetapan
fokus berdasarkan permasalahan yang terkait dengan teori-teori yang
telah ada (Sugiyono, 2012: 288).
Penelitian ini memfokuskan analisis struktural yang meliputi tema dan
masalah, fakta cerita, sarana sastra, hubungan antar unsur, dan
pembelajarannya di SMA.
- Sumber data
Sumber data terkait
dengan subjek penelitian dari mana data diperoleh (Siswantoro, 2010:
72).
Dalam
penelitian ini, sumber data diperoleh dari objek penelitian, yaitu
novel
Surga Sang Pramuria
karya
Ullan Pralihanta.
Data-data tersebut berupa kutipan langsung maupun tidak langsung, dan
buku-buku sastra yang terkait dengan penelitian.
- Instrumen Penelitian
Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah nota pencatat data beserta alat
tulisnya. Melakukan pengamatan tidak dapat berdiri sendiri, artinya
tidak dapat dilakukan tanpa pencatat datanya. Kertas pencatat ini
peneliti gunakan untuk mencatat data berupa kutipan-kutipan yang
berhubungan dengan fokus penelitian unsur-unsur instrinsik
Novel Surga Sang Pramuria karya Ullan Pralihanta.
- Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi.
Dalam teknik observasi ini, peneliti membaca secara kritis sambil
mencatat bagian-bagian yang berkaitan dengan unsur
struktur yang
berupa
tema, fakta cerita, sarana sastra, hubungan anntar unsurnya dan
pembelajarannya di SMA. Langkah-langkah
yang dilakukan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut
:
- Membaca referensi
- Menentukan objek penelitian
- Membaca keseluruhan teks Novel Surga Sang Pramuria karya Ullan Pralihanta secara kritis dan diteliti
- Mengelompokkan data berdasarkan unsur-unsur struktural novel
- Teknik Analisis data
Teknik yang
digunakan untuk menganalisis data adalah teknik analisis isi. Isi
dalam metode analisis isi terdiri atas dua macam, yaitu isi laten dan
isi komunikasi. Isi laten adalah isi yang terkandung dalam dokumen
dan naskah, sedangkan isi komunikasi adalah pesan yang terkandung
sebagai akibat komunikasi yang terjadi (Ratna, 2013
:
48).
Langkah-langkah
dalam menganalisis adalah sebagai berikut
:
- Menganalisis data berdasarkan kajian unsur structural
- Menganalisis data dari segi pembelajaran, sesuai atau tidak sebagai bahan ajar di SMA
- Membuat simpulan
- Teknik penyajian hasil analisis data
Penelitian yang
penulis lakukan adalah penelitian kualitatif. Moleong (2013: 6)
menyatakan bahwa teknik yang digunakan untuk menyajikan hasil
analisis data adalah memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh
subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,
tindakan,dll.
Secara
holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa
pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan
berbagai metode alamiah.
Teknik
penyajian hasil analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik
penyajian
informal.
Teknik penyajian informal adalah perumusan dengan kata-kata biasa
walaupun dengan terminologi yang teknis sifatnya Sudaryanto (1993
:
145). Penyajian hasil analisis data
secara struktural disajikan
dalam bentuk kata-kata secara rinci.
DAFTAR
PUSTAKA
Alwi,
Hasan dkk. 2003. Tata
Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga.
Arikunto,
Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar
Evaluasi Pendidikan.
Jakarta : Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi.
2010. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta : Rineka
Cipta.
Ginanjar,
Nurhayati. 2012. Pengkajian
Prosa Fiksi Teori dan Praktik.
Surakarta : Cakrawala Media.
Nurgiyantoro,
Burhan. 2012. Teori
Pengkajian Fiksi.
Yogyakarta
:
Gadjah Mada
University Press.
Pradopo, Rachmat
Djoko. 1990.
Pengkajian Puisi.
Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Pralihanta,
Ullan. 2013. Surga
Sang Pramuria.
Yogyakarta : AG Publishing.
No comments:
Post a Comment